Selamat Datang di Blog Moko Yuliatmoko

Jumat, Agustus 06, 2010

Redenominasi Rupiah Bisa Membuat Efisiensi

Jakarta - Redenominasi rupiah memiliki sejumlah sisi positif diantaranya terkait efisiensi. Namun Bank Indonesia (BI) harus memiliki strategi komunikasi dan sosialisasi yang bagus terkait redenominasi rupiah itu.

Dikhawatirkan redenominasi bisa ditafsirkan berbeda oleh masyarakat sebagai devaluasi jika tak didukung dengan komunikasi dan sosialisasi yang baik.

"Ada sisi positif dari redenominasi, misalnya untuk efisiensi. Kalkulator enggak penuh dengan angka nol," kata Ketua Umum Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) Erwin Aksa kepada detikFinance, Jumat (6/8/2010).


Ia berpendapat, BI harus memikirkan bagaimana strategi komunikasi dan sosialisasi ke masyarakat yang efektif. Dampak psikologis dan munculnya multitafsir di masyarakat harus dihindari.

Dikatakannya, wacana redenominasi harus dapat menjadi ajang pencerahan kepada masyarakat terkait moneter, simbol-simbol kedaulatan ekonomi suatu negara.

"Rupiah itu kan tidak sekedar sebagai alat tukar, lebih dari itu kan dia sebagai simbol kedaulatan ekonomi suatu negara Indonesia," ucapnya.

Ia mencontohkan sejumlah negara memiliki simbol mata uang yang kuat sehingga bisa menunjukkan kedaulatan ekonomi negara itu seperti misalnya AS. Selain itu juga mata uang Cina juga terus berekspansi ke kawasan Asia setelah ekonomi negara itu melesat.

Setidaknya terdapat sekitar 43 kali redenominasi mata uang sejak tahun 1881 dalam perekonomian dunia dari berbagai negara.

"Rata-rata disebabkan oleh inflasi, hiperinflasi, dan penyatuan mata uang, seperti Eropa (Euro)," ucapnya.

Seperti diketahui, BI akan melakukan redenominasi rupiah karena uang pecahan Indonesia yang terbesar saat ini Rp 100.000. Uang rupiah tersebut mempunyai pecahan terbesar kedua di dunia, terbesar pertama adalah mata uang Vietnam yang mencetak 500.000 Dong. Namun tidak memperhitungkan negara Zimbabwe, negara tersebut pernah mencetak 100 miliar dolar Zimbabwe dalam satu lembar mata uang.

BI akan mulai melakukan sosialisasi redenominasi hingga 2012 dan dilanjutkan dengan masa transisi. Pada masa transisi digunakan dua rupiah, yakni memakai istilah rupiah lama dan rupiah hasil redenominasi yang disebut rupiah baru. BI menargetkan pada tahun 2022 proses redenominasi sudah tuntas.

0 komentar:

Posting Komentar