Selamat Datang di Blog Moko Yuliatmoko

Selasa, April 30, 2013

Tes Formatif dan Sumatif

Formatif
Evaluasi formatif adalah evaluasi yang dilakukan pada setiap akhir pembahasan suatu pokok bahasan / topik, dan dimaksudkan untuk mengetahui sejauh manakah suatu proses pembelajaran telah berjalan sebagaimana yang direncanakan. 
Winkel menyatakan bahwa yang dimaksud dengan evaluasi formatif adalah penggunaan tes-tes selama proses pembelajaran yang masih berlangsung, agar siswa dan guru memperoleh informasi (feedback) mengenai kemajuan yang telah dicapai.
Sementara Tesmer menyatakan formative evaluation is a judgement of the strengths and weakness of instruction in its developing stages, for purpose of revising the instruction to improve its effectiveness and appeal. Evaluasi ini dimaksudkan untuk mengontrol sampai seberapa jauh siswa telah menguasai materi yang diajarkan pada pokok bahasan tersebut.
Wiersma menyatakan formative testing is done to monitor student progress over period of time. Ukuran keberhasilan atau kemajuan siswa dalam evaluasi ini adalah penguasaan kemampuan yang telah dirumuskan dalam rumusan tujuan (TIK) yang telah ditetapkan sebelumnya. TIK yang akan dicapai pada setiap pembahasan suatu pokok bahasan, dirumuskan dengan mengacu pada tingkat kematangan siswa. Artinya TIK dirumuskan dengan memperhatikan kemampuan awal anak dan tingkat kesulitan yang wajar yang diperkiran masih sangat mungkin dijangkau/ dikuasai dengan kemampuan yang dimiliki siswa.
Dengan kata lain evaluasi formatif dilaksanakan untuk mengetahui seberapa jauh tujuan yang telah ditetapkan telah tercapai. Dari hasil evaluasi ini akan diperoleh gambaran siapa saja yang telah berhasil dan siapa yang dianggap belum berhasil untuk selanjutnya diambil tindakan-tindakan yang tepat. Tindak lanjut dari evaluasi ini adalah bagi para siswa yang belum berhasil maka akan diberikan remedial, yaitu bantuan khusus yang diberikan kepada siswa yang mengalami kesulitan memahami suatu pokok bahasan tertentu. Sementara bagi siswa yang telah berhasil akan melanjutkan pada topik berikutnya, bahkan bagi mereka yang memiliki kemampuan yang lebih akan diberikan pengayaan, yaitu materi tambahan yang sifatnya perluasan dan pendalaman dari topik yang telah dibahas.
Sumatif
Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan pada setiap akhir satu satuan waktu yang didalamnya tercakup lebih dari satu pokok bahasan, dan dimaksudkan untuk mengetahui sejauhmana peserta didik telah dapat berpindah dari suatu unit ke unit berikutnya.
Winkel mendefinisikan evaluasi sumatif sebagai penggunaan tes-tes pada akhir suatu periode pengajaran tertentu, yang meliputi beberapa atau semua unit pelajaran yang diajarkan dalam satu semester, bahkan setelah selesai pembahasan suatu bidang studi.
Selengkapnya...

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Numbered Heads Together)
A. Tinjuan Tentang Model Pembelajaran Kooperatif
Pembalajaran kooperatif merupakan metode pembelajaran yang menuntut siswa balajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari empat atau lima siswa dengan kemampuan atau intelegensi yang heterogen. Jadi dalam pembelajaran kooperatif ini siswa bekerja sama dalam kelompok yang terdiri dari siswa yang berkemamapuan rendah, sedang dan tinggi untuk bertukar pikiran dalam memcahkan masalah ( Muclich, 2007).

Selanjutnya, menurut Lie (2002) pembelajaran kooperatif didefinisikan sebagai sistem kerja/belajar kelompok yang terstruktur dimana dalam menyelesaikan tugas kelompok, setiap anggota saling bekerjasama dan membantu untuk memahami suatu bahan pelajaran. Belajar belum selesai jika salah satu dari teman dalam,kelompok belum menguasai bahan pelajaran. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Numbered Heads Together)
Roger dan David Johnson dalam Lie (2002) mengatakan bahwa dalam pembelajaran kooperatif terdapat lima unsur model pembelajaran yang harus diterapkan yaitu:

1. Saling ketergantungan positif
keberhasilan suatu karya sangat tergantung pada suatu usaha setiap individu. Untuk mencapai kelompok kerja yang efektif, pengajar perlu menyusun tugas kelompok yang menuntut siswa kerja sama dan beriteraksi sehingga setiap anggota harus menyelesaikam tugasnya agar semua siswa mencapai tujuan yang diharapkan. Selanjutya, pengajar akan mengevaluasi siswa, dengan cara ini setiap siswa mau tidak mau setiap siswa merasa bertanggung jawab untuk menyelesaikan tugasnya agar semua siswa bisa berhasil.

2. Tanggung jawab perseorangan
pengajar yang efektif dalam pembelajaran cooperative learning akan membuat persiapan dan menyusun tugas untuk setiap kelompok sehingga menjadi masing-masing aggota kelompok harus melaksanakan tanggung jawabnya sendiri agar tugas berikut dapat dilaksanakan. Siswa yang tidak melaksanakan tugasnya akan diketahui dengan jelas dan mudah. Anggota dalan suatu kelompok akan menuntutnya untuk melaksanakan tugas agar tidak terhambat siswa yang lainnya. /p>

3. Tatap muka
setiap anggota kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertatap muka dan berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan memeberikan kesempatan kepada peserta didik untuk membentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota. Inti dari sinergi ini adalah menghargai perbedaan, memanfaatnya kelebihan dan mengisi kekurangan masing-masing.

4. Komunikasi antar anggota
Unsur ini juga menghendaki agar para pembelajar dibekali dengan berbagai keterampilan berkomunikasi. Keberhasilan suatu kelompok juga bergantung pada ketersediaan para anggotanya untuk saling mendengarkan dalam mengutarakan pendapat mereka.

5. Evaluasi proses kelompok
Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih aktif.

B. Tinjuan Tentang Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Numbered Heads Together)
Pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together) dikembangkan oleh Spencer Kagen untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam satu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut. Sebagai gantinya mengajukan pertanyaan kepada seluruh kelas, guru menggunakan struktur empat (4) langkah sebagai berikut:
1. Penomoran
Guru membagi siswa kedalam kelompok yang beranggotakan 4-5 orang dan kepada setiap anggota kelompok diberi nomor antara 1 sampai 5.

2. Mengajukan pertanyaan
Guru mengajukan sebuah pertayaan kepada siswa. Pertanyaan dapat bervariasi. Pertanyaan dapat bersifat spesifik dalam bentuk kalimat Tanya.

3. Berfikir bersama
Siswa menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan itu dan meyakinkan setiap anggota dalam teamnya mengetahui jawaban itu.

4. Menjawab
Guru memanggil satu nomor tertentu, kemudian siswa yang nomornya sesuai mengacungkan tangannya dan mencoba untuk menjawab pertanyaan, untuk seluruh kelas.
Model ini mengacu kepada belajar kelompok. Anggota team menggunakan lembar kegiatan atau perangkat pembelajaran yang lain untuk menutaskan materi pelajarannya, kemudian saling membantu satu sama lain untuk memahami bahan pelajaran dan memecahkan suatu masalah melalui diskusi.

C. Pengelolaan Kelas cooperative learning
Pengelolaan kelas cooperative learning bertujuan untuk membina pembelajaran dalam mengembangkan kerja sama dan berinteraksi dengan siswa yang lainnya. Ada tiga hal yang penting yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan kelas cooperative learning, yakni pengelompokan, semangat kooperatif dan dan penataan ruang kelas (Lie, 2007).

1. Pengelompokan
Pengelompokan heterogenitas atau keragaman merupakan ciri-ciri yang menonjol dalam pembelajaran kooperatif learninng. Kelompok heterogenitas bisa bentuk dengan memperhatikan keanekaragaman kemampuan akademis. Dalam hal kemampuan akademis, kelompok pembelajaran cooperative learning biasanya terdiri dari satu orang berkemampuan tinggi, dua orang berkemampuan sedang dan satu lainnya dari kelompok kemampuan akademis rendah.

2. Semangat Gotong Royong
Agar kelompok bisa bekerja secara efektif dalam proses pembelajaran kelompok perlu mempunyai semangat gotong royong. Semangat gotong royong ini bisa dirasakan membina niat kiat siswa dalam bekerja sama.

3. Penataan Ruang Kelas
Ruang kelas juga perlu ditata sedemikian rupa shingga menunjang pembelajaran cooperative learning. Keputusan guru dalam penataan ruang kelas harus disesuaikan dengan kondisi dan situasi ruang kelas dan sekolah. Beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan adalah:
  1. Ukuran ruang kelas
  2. Jumlah siswa
  3. Tingkat kedewasaan siswa
  4. Toleransi guru dan kelas sebelah terhadap kegaduhan dan lalu lalangnya siswa
  5. Toleransi masing siswa terhadap kegaduhan dan lalu lalangnya siswa lainnya
  6. Pengalaman guru dalam melaksanakan metode pembelajaran kooperatif learning
  7. Pengalaman siswa dalam melaksanakan metode pembelaaran kooperatif learning.
Dalam metode pembelajaran cooperative learning, penataan ruang kelas perlu memperhatikan prinsip-prinsip tertentu, bangku perlu ditata sedemikian rupa sehingga semua siswa bisa melihat guru, papan tulis dan teman-teman kelompoknya dengan merata. Kelompok bisa dekat satu sama lain, tetapi tidak mengganggu kelompok yang lain.
D. Ketuntasan Belajar
Belajar tuntas merupakan strategi pembelajaran yang dapat dilaksanakan dari dalam kelas, dengan asumsi bahwa didalam kondisi yang tepat semua peserta didik akan mampu belajar dengan baik dan memperoleh hasil belajar secara maksimal terhadap seluruh bahan yang dipelajari (Mulyasa, 2002).

Tujuan proses mengajar-belajar secara ideal adalah agar bahan yang dipelajari dikuasai sepenuhnya oleh murid. Ini disebut Mastery Learning atau belajar tuntas, artinya penguasaan penuh (Nasution, 1995).
Ketuntasan belajar dapat dilihat secara kelompok atau secara perorangan, secara kelompok, ketuntasan belajar dinyatakan telah dicapai jika sekurang-kurangnya 85% dari siswa dalam kelompok yang bersangkutan telah memenuhi kinerja ketuntasan belajar yang secara kelompok. Secara perorangan, ketuntasan belajar telah dinyatakan terpenuhi jika seseorang (siswa) telah tercapai taraf penguasaan minimal yang ditetapkan bagi setiap bahan yang dipelajarinya.
Faktor yang Mempengaruhi Ketuntasan Belajar

Ketuntasan belajar dipengaruhi oleh daya serap siswa, dimana daya serap pada umumnya dipengaruhi oleh dua fakror yang dikemukakan oleh Pasaribu dan Simanjuntak dalam Pradita (2009) yaitu:
  • Faktor internal yaitu faktor yang berasal dari individu siswa sendiri yang meliputi faktor fisik maupun mental yang ikut menentukan dan mempengaruhi berhasil tidaknya seseorang dalam belajar seperti kematangan, kondisi jasmani, keadaan alat indera, sikap batin dan minat.
  • Faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar individu itu sendiri yang juga memepengaruhi berhasil tidaknya dalam belajar meliputi penghargaan dan hadiah.
Menurut Ibrahim dan Benny dalam Pradita (2009) ada beberapa langkah atau cara yang dapat dilakukan dalam pengajaran antara lain:
  • Dalam belajar hendaknya guru menggunakan metode belajar yang bervariasi sebab dengan variasi tersebut diharapkan bebarapa perbedaan kemampuan siswa dapat terlayani.
  • Guru hendaknya memberikan bahan pelajaran tambahan kepada anak-anak yang pandai untuk mengimbangi kepandaiannya dan memberikan bantuan atau bimbingan khusus kepada anak-anak yang lamban dalam belajar.
  • Pemberian tugas-tugas hendaknya disesuaikan dengan minat dan kemampuan anak.
Untuk diperlukan perencanaan yabg baik yaitu ketetapan pengguanaan model pembelajaran yang dipilih oleh guru. Tujuannya agar siswa dapat berperan aktif antar sesamanya dan dapat meningkatkan penguasaan meraka terhadap konsep yang sulit.

E. Kerangka Berfikir
Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Numbered Heads Together) siswa menggunakan lembar kerja serta diberikan kesempatan untuk terlibat langsung dalam megolah informasi sehingga siswa dapat saling berinteraksi dan saling memunculkan strategi-strategi pemecahan masalah yang efektif dan bekerjasama untuk memahami materi pelajaran.
Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Numberd Heads Together) adalah lebih banyak melibatkan siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut.
Penyampaian materi biologi melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Numbered Heads Together) merupakan teknik yang baik dalam merangsang siswa untuk lebih aktif dan berfikir kritis karena siswa diberikan kesempatan untuk mencari sendiri pemecahan masalah dengan kerjasama kelompok sehingga mereka lebih mudah memahami materi. Untuk meningkatkan ketuntasan belajar siswa yang optimal terhadap pelajaran biologi perlu dilakukan proses belajar yang lebih baik dengan memperhatikan perkembangan anak didik dan sarana penunjang, salah satu upaya tersebut adalah dengan memgoptimalkan pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together) merupakan teknik yang baik dalam merangsang siswa untuk aktif dan kreatif dalam pembelajaran. Jadi dengan penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Numbered Heads Together) dapat meningkatkan ketuntasan belajar siswa.


Selengkapnya...

Model pembelajaran

Menurut Kiswoyo (1995:41) istilah "model" dalam konteks pembelajaran diartikan sebagai suatu pola kegiatan Guru-Siswa untuk menghasilkan perubahan-perubahan yang terjadi pada diri Siswa sebagai akibat perbuatan mengajar dan belajar. Istilah lain yang juga digunakan dalam pengertian yang sama dikemukakan Joni (1980:6) adalah "strategi" belajar mengajar, atau siasat pengajaran (Munandir, 1987:9).Joice, Weil & Showers (1992:131) menggunakan istilah "model of teaching", yang diartikan sebagai "a plan or pattern that we can use to design face-to-face teaching in classroom or tutorial settings and to shape instructional materials - termasuk books, films, tapes, computer-mediated program dan curricula (long term course of study) ". Meskipun menyebut "models of teaching" mereka dalam konsep ini tidak memisahkan antara mengajar dan belajar, seperti dikatakan bahwa "models of teaching are really models of learning".

Sedangkan Brady (1985) mendifinisikan model pembelajaran sebagai suatu blueprint(Kerangka dasar) yang dapat digunakan sebagai petunjuk untuk membuat atau menyusun persiapan pembelajaran dan kemudian memakainya.

Menurut Munandir (1987:9), konsep tentang siasat pengajaran itu pada hakikatnya berusaha menjelaskan bagian-bagian dari suatu perangkat materi pengajaran dan prosedur-prosedur yang akan digunakan pada material tersebut, agar dapat menimbulkan hasil belajar tertentu untuk pelajar. Oleh karena itu bagian-bagian dari kegiatan yang mencakup dalam siasat pengajaran dapat dirumuskan menjadi komponen; (1) Aktivitas pra pengajaran, (2) Katering informasi, (3) Hebat dan siswa, (4) Aktivitas pengetesan, dan (5) Aktivitas tindak ikutan.

Pembelajaran memiliki pengertian yang di dalamnya mencakup sekaligus proses mengajar yang mengandung serangkaian perbuatan guru untuk menciptakan sistem lingkungan, dan proses belajar yang terjadi pada diri Siswa untuk menghasilkan perubahan pada diri Siswa sebagai akibat kegiatan mengajar dan belajar. Efek sistem lingkungan yang diciptakan dosen mencakup efek yang bersifat langsung yang disebut dengan efek pembelajaran (instructional effects) maupun efek tidak langsung atau efek sertaan (nurturant effects).

efek sistem lingkungan yang diciptakan guru bisa berupaintructional effects dan nurturant effects, maka model pembelajaran menurut Joice, Weil & Showers (1992) juga menghasilkan efek langsung (instructional effects) dan dampak tidak langsung (nurturant effects).
Saat ini berbagai model pembelajaran bisa diterapkan dalam pembelajaran IPS seperti antara lain dikemukakan Kiswoyo (1995); model pembelajaran konsep dengan pendekatan expository dan pendekatan discovery (Martorella, 1994), model memainkan peran (role playing) yang dirancang untuk membantu Siswa mempelajari nilai-nilai sosial, peran konflik dan mengamati perilaku sosial, model "cooperative learning" dan model "thematic Unit" yang biasanya digunakan untuk kegiatan pembelajaran secara terpadu.

Model pembelajaran yang paling komprehensif (comprehensive) adalah yang dikemukakan Joyce, Weil & Showers (1992:132), yang mengidentifikasi 16 (enam belas) model pembelajaran yang dibagi menjadi 4 (empat) kelompok yaitu:
  1. Model pembelajaran kelompok sosial (social family models), yaitu;(1) Model belajar kerjasama, (2) Model investigasi kelompok, (3) Model memainkan peranan, dan (4) Model penelitian jurisprudensi.
  2. Kelompok pemrosesan informasi (information processing family), yaitu; (1) Model belajar berpikir induktif, (2) Model belajar konsep, (3) Model belajar mahal, (4) Model pengorganisasian tingkat tinggi, (5) Model latihan penelitian, dan ( 6) Model synetic untuk membangun kemampuan anak berpikir kreatif.
  3. Kelompok personal (personal family), yaitu; (1) Model pembelajaran tanpa petunjuk, dan (2) Model pengembangan konsep diri.
  4. Grup sistem tingkah laku (behavioral systems family), yaitu: (1) Model belajar yang diarahkan, (2) Model belajar masteri dan belajar yang terprogram, dan (3) Model simulasi (modeling).
Model-model pembelajaran dalam kelompok sosial (social family models), menurut Joyce, Weil & Shower (1992:132) dikembangkan oleh para ahli dengan menggabungkan dua pandangan mereka tentang belajar dan masyarakat. Belajar merupakan suatu kerjasama yang tidak hanya bersifat sosial, tetapi juga intelektual, karena dalam belajar membutuhkan interaksi sosial yang dirancang sedemikian rupa untuk meningkatkan kemampuan akademis.Model-model pembelajaran dalam kelompok sosial memfokuskan pada suatu proses di mana realitas dinegosiasikan secara sosial, dan menekankan pada hubungan antara individu dengan masyarakat.

Kemudian model-model dalam kelompok pemrosesan informasi (information processing family) berorientasi pada kemampuan anak untuk mengolah informasi. Model ini mencakup tujuan-tujuan yang luas dalam proses pembelajaran, yaitu mulai dari tujuan yang sangat sederhana dan khusus sampai pada tujuan yang publik dan kompleks.

Model-model kelompok personal (personal family) berorientasi pada individu. Model pembelajaran ini dikembangkan dari teori belajar humanistik. Tujuan model pembelajaran personal adalah untuk meningkatkan kesehatan mental dan emosional anak-anak, dan keterlibatan anak-anak dalam menentukan / memilih apa yang ingin dipelajari dan bagaimana mempelajarinya, sehingga ada kesesuaian yang tinggi antara bahan belajar dengan kebutuhan anak, mengembangkan pemahaman diri ( self-consept), kreativitas, dan kemampuan anak dalam mengekspresikan diri dengan lebih baik.

Sedangkan model kelompok sistem tingkah laku (behavioral systems family) menekankan pada perubahan tingkah laku nyata dari anak-anak, dari perubahan struktur psikologis.Model ini dikembangkan dari teori belajar yang dikembangkan oleh BF Skiner. Ide-ide pokok model ini didasarkan pada paradigma stimulus - respon - penguatan (reinforcement) di mana tingkah laku manusia dikendalikan oleh faktor-faktor lingkungan. Model ini digunakan dalam berbagai hal, mulai dari mengajarkan informasi, konsep, dan keterampilan, sampai pada meningkatkan rasa nyaman dan santai, menghilangkan phobia, mengubah kebiasaan, dan belajar untuk mengontrol tingkah laku sendiri (Joyce, Weil & Showers, 1992:132).

Setelah membahas tentang model-model pembelajaran, Gistituati (2002:13) menyimpulkan bahwa; pertama, tidak ada batas nyata antara model yang satu dengan yang lain. Kedua, tidak ada model yang bisa dikatakan paling bagus, atau paling superior. Ketiga, beberapa jenis bisa digunakan untuk berbagai macam tujuan. Model personal dan sosial dapat diterapkan untuk mencapai tujuan sosial dan akademis, akan tetapi masing-masing model memiliki kekuatan tertentu untuk mencapai tujuan tertentu.Oleh karena itu menurutnya, dalam memilih model yang akan digunakan, harus diperhatikan tujuan-tujuan apa yang diharapkan untuk semua anak-anak, kemampuan anak, perbedaan individu dan ketersediaan sarana.
Selengkapnya...

Sabtu, April 20, 2013

Rabu, April 10, 2013

"Bilangan Keramat" Baru dalam Matematika



Matematika kini punya bilangan keramat baru, yakni 6,28. Bilangan keramat ini diperkenalkan oleh Bob Palais pada tahun 2001 sebagai pengganti 3,14 atau Pi yang biasa dikenal dalam perhitungan keliling dan luas lingkaran. Tahun lalu, bilangan keramat baru itu resmi dinamai "Tau" dan tanggal 28 Juni diperingati sebagai "Hari Tau".

Kalau Pi adalah rasio antara keliling lingkaran dan diameternya, 6,28 atau Tau adalah rasio antara keliling lingkaran dan jari-jarinya. Bilangan keramat itu dinilai lebih sakti daripada Pi sehingga dinobatkan sebagai pengganti. Bila bilangan keramat tersebut digunakan, beberapa konsep matematika menjadi lebih sederhana sehingga mudah dimengerti.

Kevin Houston, pendukung Tau dan matematikawan dari University of Leeds, Inggris, menerangkan dalam video di YouTube tentang kelebihan Tau. "Ketika mengukur sudut, matematikawan tidak menggunakan derajat, tetapi radian. Ada 2Pi radian dalam satu lingkaran. Ini berarti seperempat lingkaran setara dengan 1/2Pi. Ini berarti, seperempat setara dengan setengah. Ini gila," katanya.

"Mari kita pakai Tau. Seperempat lingkaran sama dengan seperempat Tau. Seperempat ya setara dengan seperempat. Bukankah ini lebih mudah untuk diingat? Demikian juga, tiga perempat lingkaran juga sama dengan tiga perempat Tau. Hal ini akan mencegah pelajar matematika, fisika dan teknik mengalami kesalahan konyol," terang Houston.

Dalam artikel berjudul "Pi is Wrong" di mana bilangan 6,28 diperkenalkan tahun 2001, Palais mengungkapkan bahwa selama ribuan tahun, manusia telah memfokuskan pada bilangan matematika yang salah. "Peluang untuk menarik pelajar dengan penyederhanaan yang natural dan cantik telah membawa ke latihan yang membingungkan dalam latihan serta dogma," tulis Palais.

Bila ternyata malah membuat bingung, haruskah Pi dihilangkan? Dikutip oleh Life Little Mysteries, Livescience, Rabu (29/6/2011), Houston berkomentar, "Pi tak harus dihilangkan. Saya memang pendukung Tau, tapi bukan anti Pi. Dengan demikian, siapa pun bisa memakai Pi jika mereka melakukan penghitungan yang melibatkan setengah Tau."

Bagi para guru matematika, konsep Tau juga bisa mulai diperkenalkan. Apalagi, berdasarkan penelitian yang dilakukan Palais, terbukti bahwa Tau berhasil meningkatkan kemampuan pelajar dalam mempelajari matematika, terutama dalam konsep geometri dan trigonometri di mana faktor 2Pi lebih sering digunakan.

Tau sendiri dipilih sebagai simbol bilangan keramat baru dalam matematika secara independen oleh fisikawan dan matematikawan penulis "The Tau Manifesto", Michael Hart dan pakar informasi asal Denmark, Harremoës. Tau dipilih karena kemiripannya dengan Pi sehingga cocok dengan ide beralih ke Tau.
Selengkapnya...

Selasa, April 09, 2013

Persekutuan Komanditer / CV


Berikut ini akan dijelaskan pengertian, jenis, prosedur pendirian CV atauPersekutuan Komanditer. Persekutuan Komanditer (commanditaire vennootschap atau CV) suatu persekutuan yang didirikan oleh seorang atau beberapa orang yang mempercayakan uang atau barang kepada seorang atau beberapa orang yang menjalankan perusahaan dan bertindak sebagai pemimpin.
Dari pengertian di atas, kita dapat membedakan sekutu menjadi dua bagian:
§  Sekutu aktif atau sekutu Komplementer, adalah sekutu yang menjalankan perusahaan dan berhak melakukan perjanjian dengan pihak ketiga. Artinya, semua kebijakan perusahaan dijalankan oleh sekutu aktif. Sekutu aktif sering juga disebut sebagai persero kuasa atau persero pengurus.
§  Sekutu Pasif atau sekutu Komanditer, adalah sekutu yang hanya menyertakan modal dalam persekutuan. Jika perusahaan menderita rugi, mereka hanya bertanggung jawab sebatas modal yang disertakan dan begitu juga apabila untung, uang mereka memperoleh terbatas tergantung modal yang mereka berikan. Status Sekutu Komanditer dapat disamakan dengan seorang yang menitipkan modal pada suatu perusahaan, yang hanya menantikan hasil keuntungan dari inbreng yang dimasukan itu, dan tidak ikut campur dalam kepengurusan, pengusahaan, maupun kegiatan usaha perusahaan. Sekutu ini sering juga disebut sebagai persero diam.
Persekutuan komanditer biasanya didirikan dengan akta dan harus didaftarkan. Namun persekutuan ini bukan merupakan badan hukum (sama dengan firma), sehingga tidak memiliki kekayaan sendiri.
JENIS-JENIS CV
Berdasarkan perkembangannya, bentuk perseroan komanditer adalah sebagai berikut:
Persekutuan komanditer murni
Bentuk ini merupakan persekutuan komanditer yang pertama. Dalam persekutuan ini hanya terdapat satu sekutu komplementer, sedangkan yang lainnya adalah sekutu komanditer.
Persekutuan komanditer campuran
Bentuk ini umumnya berasal dari bentuk firma bila firma membutuhkan tambahan modal. Sekutu firma menjadi sekutu komplementer sedangkan sekutu lain atau sekutu tambahan menjadi sekutu komanditer.
Persekutuan komanditer bersaham
Persekutuan komanditer bentuk ini mengeluarkan saham yang tidak dapat diperjualbelikan dan sekutu komplementer maupun sekutu komanditer mengambil satu saham atau lebih. Tujuan dikeluarkannya saham ini adalah untuk menghindari terjadinya modal beku karena dalam persekutuan komanditer tidak mudah untuk menarik kembali modal yang telah disetorkan.
Prosedur Pendirian
Dalam KUH Dagang tidak ada aturan tentang pendirian, pendaftaran, maupun pengumumannya, sehingga persekutuan komanditer dapat diadakan berdasarkan perjanjian dengan lisan atau sepakat para pihak saja (Pasal 22 KUH Dagang). Dalam praktik di Indonesia untuk mendirikan persekutuan komanditer dengan dibuatkan akta pendirian/berdasarkan akta notaris, didaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan Negeri yang berwenang dan diumumkan dalam Tambahan Berita Negara RI. Dengan kata lain prosedur pendiriannya sama dengan prosedur mendirikan persekutuan firma.
Tanggung Jawab Keluar
Sekutu bertanggung jawab keluar adalah sekutu kerja atau sekutu komplementer (Pasal 19 KUH Dagang).
Berakhirnya Persekutuan
Karena persekutuan komanditer pada hakikatnya adalah persekutuan perdata (Pasal 16 KUH Dagang), maka mengenai berakhirnya persekutuan komanditer sama dengan berakhirnya persekutuan perdata dan persekutuan firma (Pasal 1646 s/d 1652 KUH Perdata)
Setelah mendirikan perusahaan tentunya dibutuhkan rekening bank sebagai alat transaksi perusahaan. Artikel ini akan membahas solusi perbankan untuk perusahaan atau usaha Anda. Kemudahan Transaksi, Produk Perbankan danLayanan Perbankan yang disediakan menjadi faktor utama memilih bank untuk usaha atau perusahaan PT atau CV Anda. Simak artkel Rencana Masa Depan 
Selengkapnya...