Kamis, Februari 06, 2014
Pentingnya Pendidikan Karakter Dalam Dunia Pendidikan
Sebelum kita membahas topik ini lebih
jauh lagi saya akan memberikan data dan fakta berikut:
·
158 kepala daerah tersangkut korupsi sepanjang
2004-2011
·
42 anggota DPR terseret korupsi pada kurun waktu
2008-2011
·
30 anggota DPR periode 1999-2004 terlibat kasus
suap pemilihan DGS BI
·
Kasus korupsi terjadi diberbagai lembaga seperti
KPU,KY, KPPU, Ditjen Pajak, BI, dan BKPM
Sumber : Litbang Kompas
Kini setelah membaca fakta
diatas, apa yang ada dipikran anda? Cobalah melihat lebih ke atas sedikit,
lebih tepatnya judul artikel ini. Yah, itu adalah usulan saya untuk
beberapa kasus yang membuat hati di dada kita “terhentak” membaca kelakuan para
pejabat Negara.
Pendidikan karakter, sekarang ini
mutlak diperlukan bukan hanya di sekolah saja, tapi dirumah dan di lingkungan
sosial. Bahkan sekarang ini peserta pendidikan karakter bukan lagi anak usia
dini hingga remaja, tetapi juga usia dewasa. Mutlak perlu untuk kelangsungan
hidup Bangsa ini.
Bayangkan apa persaingan yang
muncul ditahun 2021? Yang jelas itu akan menjadi beban kita dan orangtua masa
kini. Saat itu, anak-anak masa kini akan menghadapi persaingan dengan
rekan-rekannya dari berbagai belahan Negara di Dunia. Bahkan kita yang masih
akan berkarya ditahun tersebut akan merasakan perasaan yang sama. Tuntutan
kualitas sumber daya manusia pada tahun 2021 tentunya membutuhkan good
character.
Bagaimanapun juga, karakter
adalah kunci keberhasilan individu. Dari sebuah penelitian di Amerika, 90
persen kasus pemecatan disebabkan oleh perilaku buruk seperti tidak bertanggung
jawab, tidak jujur, dan hubungan interpersonal yang buruk. Selain itu, terdapat
penelitian lain yang mengindikasikan bahwa 80 persen keberhasilan seseorang di
masyarakat ditentukan oleh emotional quotient.
Bagaimana dengan bangsa
kita? Bagaimana dengan penerus orang-orang yang sekarang sedang duduk dikursi
penting pemerintahan negara ini dan yang duduk di kursi penting yang mengelola
roda perekonomian negara ini? Apakah mereka sudah menunjukan kualitas karakter
yang baik dan melegakan hati kita? Bisakah kita percaya, kelak tongkat estafet
kita serahkan pada mereka, maka mereka mampu menjalankan dengan baik atau
justru sebaliknya?
Dari sudut pandang psikologis,
saya melihat terjadi penurunan kulaitas “usia psikologis” pada anak yang
berusia 21 tahun pada tahun 20011, dengan anak yang berumur 21 pada tahun 2001.
Maksud usia psikologis adalah usia kedewasaan, usia kelayakan dan kepantasan
yang berbanding lurus dengan usia biologis. Jika anak sekarang usia 21 tahun seakan
mereka seperti berumur 12 atau 11 tahun. Maaf jika ini mengejutkan dan
menyakitkan.
Walau tidak semua, tetapi
kebanyakan saya temui memiliki kecenderungan seperti itu. Saya berulangkali
bekerjasama dengan anak usia tersebut dan hasilnya kurang maksimal. Saya tidak
“kapok” ber ulang-ulang bekerja sama dengan mereka. Dan secara tidak sengaja
saya menemukan pola ini cenderung berulang, saya amati dan evaluasi perilaku
dan karakter mereka. Kembali lagi ingat, disekolah pada umumnya tidak diberikan
pendidikan untuk mengatasi persaingan pada dunia kerja. Sehingga ada survey
yang mengatakan rata-rata setelah sekolah seorang anak perlu 5-7 tahun
beradaptasi dengan dunia kerja dan rata-rata dalam 5-7 tahun tersebut pindah
kerja sampai 3-5 kali. Hmm.. dan proses seperti ini sering disebut dengan
proses mencari jati diri. Pertanyaan saya mencari “diri” itu didalam diri atau
diluar diri? “saya cocoknya kerja apa ya? Coba kerjain ini lah” lalu kalau
tidak cocok pindah ke lainnya. Kenapa tidak diajarkan disekolah, agar proses
anak menjalani kehidupan di dunia yang sesungguhnya tidak mengalami
hambatan bahkan tidak jarang yang putus asa karena tumbuh perasaan tidak mampu
didalam dirinya dan seumur hidup terpenjara oleh keyakinannya yang salah.
Baiklah kembali lagi ke topik,
Karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan
Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan dan kebangsaan yang
terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan
norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya dan adat istiadat.
Bagi Indonesia sekarang ini,
pendidikan karakter juga berarti melakukan usaha sungguh-sungguh, sitematik dan
berkelanjutan untuk membangkitkan dan menguatkan kesadaran serta keyakinan
semua orang Indonesia bahwa tidak akan ada masa depan yang lebih baik tanpa
membangun dan menguatkan karakter rakyat Indonesia. Dengan kata lain, tidak ada
masa depan yang lebih baik yang bisa diwujudkan tanpa kejujuran, tanpa
meningkatkan disiplin diri, tanpa kegigihan, tanpa semangat belajar yang
tinggi, tanpa mengembangkan rasa tanggung jawab, tanpa memupuk persatuan di
tengah-tengah kebinekaan, tanpa semangat berkontribusi bagi kemajuan bersama,
serta tanpa rasa percaya diri dan optimisme. Inilah tantangan kita bangsa Indonesia,
sanggup?
Theodore Roosevelt mengatakan:
“To educate a person in mind and not in morals is to educate a menace to
society” (Mendidik seseorang dalam aspek kecerdasan otak dan bukan aspek moral
adalah ancaman mara-bahaya kepada masyarakat)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar