Menurut Kiswoyo (1995:41) istilah "model" dalam konteks pembelajaran diartikan sebagai suatu pola kegiatan Guru-Siswa untuk menghasilkan perubahan-perubahan yang terjadi pada diri Siswa sebagai akibat perbuatan mengajar dan belajar. Istilah lain yang juga digunakan dalam pengertian yang sama dikemukakan Joni (1980:6) adalah "strategi" belajar mengajar, atau siasat pengajaran (Munandir, 1987:9).Joice, Weil & Showers (1992:131) menggunakan istilah "model of teaching", yang diartikan sebagai "a plan or pattern that we can use to design face-to-face teaching in classroom or tutorial settings and to shape instructional materials - termasuk books, films, tapes, computer-mediated program dan curricula (long term course of study) ". Meskipun menyebut "models of teaching" mereka dalam konsep ini tidak memisahkan antara mengajar dan belajar, seperti dikatakan bahwa "models of teaching are really models of learning".
Sedangkan Brady (1985) mendifinisikan model pembelajaran sebagai suatu blueprint(Kerangka dasar) yang dapat digunakan sebagai petunjuk untuk membuat atau menyusun persiapan pembelajaran dan kemudian memakainya.
Menurut Munandir (1987:9), konsep tentang siasat pengajaran itu pada hakikatnya berusaha menjelaskan bagian-bagian dari suatu perangkat materi pengajaran dan prosedur-prosedur yang akan digunakan pada material tersebut, agar dapat menimbulkan hasil belajar tertentu untuk pelajar. Oleh karena itu bagian-bagian dari kegiatan yang mencakup dalam siasat pengajaran dapat dirumuskan menjadi komponen; (1) Aktivitas pra pengajaran, (2) Katering informasi, (3) Hebat dan siswa, (4) Aktivitas pengetesan, dan (5) Aktivitas tindak ikutan.
Pembelajaran memiliki pengertian yang di dalamnya mencakup sekaligus proses mengajar yang mengandung serangkaian perbuatan guru untuk menciptakan sistem lingkungan, dan proses belajar yang terjadi pada diri Siswa untuk menghasilkan perubahan pada diri Siswa sebagai akibat kegiatan mengajar dan belajar. Efek sistem lingkungan yang diciptakan dosen mencakup efek yang bersifat langsung yang disebut dengan efek pembelajaran (instructional effects) maupun efek tidak langsung atau efek sertaan (nurturant effects).
efek sistem lingkungan yang diciptakan guru bisa berupaintructional effects dan nurturant effects, maka model pembelajaran menurut Joice, Weil & Showers (1992) juga menghasilkan efek langsung (instructional effects) dan dampak tidak langsung (nurturant effects).
Saat ini berbagai model pembelajaran bisa diterapkan dalam pembelajaran IPS seperti antara lain dikemukakan Kiswoyo (1995); model pembelajaran konsep dengan pendekatan expository dan pendekatan discovery (Martorella, 1994), model memainkan peran (role playing) yang dirancang untuk membantu Siswa mempelajari nilai-nilai sosial, peran konflik dan mengamati perilaku sosial, model "cooperative learning" dan model "thematic Unit" yang biasanya digunakan untuk kegiatan pembelajaran secara terpadu.
Model pembelajaran yang paling komprehensif (comprehensive) adalah yang dikemukakan Joyce, Weil & Showers (1992:132), yang mengidentifikasi 16 (enam belas) model pembelajaran yang dibagi menjadi 4 (empat) kelompok yaitu:
- Model pembelajaran kelompok sosial (social family models), yaitu;(1) Model belajar kerjasama, (2) Model investigasi kelompok, (3) Model memainkan peranan, dan (4) Model penelitian jurisprudensi.
- Kelompok pemrosesan informasi (information processing family), yaitu; (1) Model belajar berpikir induktif, (2) Model belajar konsep, (3) Model belajar mahal, (4) Model pengorganisasian tingkat tinggi, (5) Model latihan penelitian, dan ( 6) Model synetic untuk membangun kemampuan anak berpikir kreatif.
- Kelompok personal (personal family), yaitu; (1) Model pembelajaran tanpa petunjuk, dan (2) Model pengembangan konsep diri.
- Grup sistem tingkah laku (behavioral systems family), yaitu: (1) Model belajar yang diarahkan, (2) Model belajar masteri dan belajar yang terprogram, dan (3) Model simulasi (modeling).
Model-model pembelajaran dalam kelompok sosial (social family models), menurut Joyce, Weil & Shower (1992:132) dikembangkan oleh para ahli dengan menggabungkan dua pandangan mereka tentang belajar dan masyarakat. Belajar merupakan suatu kerjasama yang tidak hanya bersifat sosial, tetapi juga intelektual, karena dalam belajar membutuhkan interaksi sosial yang dirancang sedemikian rupa untuk meningkatkan kemampuan akademis.Model-model pembelajaran dalam kelompok sosial memfokuskan pada suatu proses di mana realitas dinegosiasikan secara sosial, dan menekankan pada hubungan antara individu dengan masyarakat.
Kemudian model-model dalam kelompok pemrosesan informasi (information processing family) berorientasi pada kemampuan anak untuk mengolah informasi. Model ini mencakup tujuan-tujuan yang luas dalam proses pembelajaran, yaitu mulai dari tujuan yang sangat sederhana dan khusus sampai pada tujuan yang publik dan kompleks.
Model-model kelompok personal (personal family) berorientasi pada individu. Model pembelajaran ini dikembangkan dari teori belajar humanistik. Tujuan model pembelajaran personal adalah untuk meningkatkan kesehatan mental dan emosional anak-anak, dan keterlibatan anak-anak dalam menentukan / memilih apa yang ingin dipelajari dan bagaimana mempelajarinya, sehingga ada kesesuaian yang tinggi antara bahan belajar dengan kebutuhan anak, mengembangkan pemahaman diri ( self-consept), kreativitas, dan kemampuan anak dalam mengekspresikan diri dengan lebih baik.
Sedangkan model kelompok sistem tingkah laku (behavioral systems family) menekankan pada perubahan tingkah laku nyata dari anak-anak, dari perubahan struktur psikologis.Model ini dikembangkan dari teori belajar yang dikembangkan oleh BF Skiner. Ide-ide pokok model ini didasarkan pada paradigma stimulus - respon - penguatan (reinforcement) di mana tingkah laku manusia dikendalikan oleh faktor-faktor lingkungan. Model ini digunakan dalam berbagai hal, mulai dari mengajarkan informasi, konsep, dan keterampilan, sampai pada meningkatkan rasa nyaman dan santai, menghilangkan phobia, mengubah kebiasaan, dan belajar untuk mengontrol tingkah laku sendiri (Joyce, Weil & Showers, 1992:132).
Setelah membahas tentang model-model pembelajaran, Gistituati (2002:13) menyimpulkan bahwa; pertama, tidak ada batas nyata antara model yang satu dengan yang lain. Kedua, tidak ada model yang bisa dikatakan paling bagus, atau paling superior. Ketiga, beberapa jenis bisa digunakan untuk berbagai macam tujuan. Model personal dan sosial dapat diterapkan untuk mencapai tujuan sosial dan akademis, akan tetapi masing-masing model memiliki kekuatan tertentu untuk mencapai tujuan tertentu.Oleh karena itu menurutnya, dalam memilih model yang akan digunakan, harus diperhatikan tujuan-tujuan apa yang diharapkan untuk semua anak-anak, kemampuan anak, perbedaan individu dan ketersediaan sarana.
0 komentar:
Posting Komentar