Setiap hari, alat pencernaan kita dipaksa bekerja ekstra keras oleh kebiasaan kita yang mengonsumsi makanan kurang seimbang ataupun amburadul jadwalnya. Kita patut menyadari bahwa organ pencernaan itu bukan saja mulut, lambung, usus halus, tapi juga ginjal sebagai “tempat sampah” hingga ke pankreas yang mengeluarkan enzim untuk mencerna makanan. Organ-organ pencernaan itu bekerja mungkin hampir 24 jam tanpa henti, karena ketika tidur pun, mereka masih terus “bekerja”. Sekali lagi itu karena pola makan kita yang tidak sehat.
Ketika memasuki bulan puasa, tidak sedikit yang merasa lega dan yakin akan bisa menyehatkan organ-organ pencernaan tubuhnya. Eit… tunggu dulu. Tidak sedikit dari orang-orang yang berpuasa itu sekadar mengalihkan waktu makan saja. Makanya tidak heran kalau ada pesan bijak, banyak orang berpuasa hanya mendapatkan lapar dan haus saja, tidak mendapat manfaat berpuasa, di antaranya mengembalikan kebugaran organ-organ vital dalam tubuh.
Selain menjalankan kewajiban ajaran agama, berpuasa bisa bermanfaat untuk mengistirahatkan organ-organ pencernaan dan detoksifikasi. Puasa bukan sekadar memindahkan waktu makan. Ini prinsip utama yang harus kita pahami lebih dulu agar lebih gamblang dalam membahasnya.
Mengapa puasa ala food combining disebut dengan puasa sejati? Food Combining adalah cara mengatur makanan yang diselaraskan dengan pola metabolisme alami tubuh. Perlu kita ingat lagi bahwa metabolisme tubuh alamiahnya terdiri dari waktu pembuangan (pukul 04 pagi - 12 siang), waktu pencernaan (pukul 12.00 hingga pukul 20.00), dan waktu penyerapan dan asimilasi (pukul 20.00 sampai 04.00).
Nah dalam food combining, waktu makan sahur, yang bertepatan dengan waktu (metabolisme tubuh) pembuangan, disarankan untuk mengonsumi makanan yang mudah dicerna. Misalnya, buah-buahan dan sayuran. Lalu, apakah kita akan lemas dan tidak kuat untuk menjalankan puasa karena hanya makan sahur buah ataupun sayuran? “Bagi mereka yang belum terbiasa melakukan diet Food Combining sangat disarankan untuk melakukan secara bertahap, jangan drastis!” pesan Wied Harry Apriadji, penekun food combining, saat ditemui di Gedung C3 di kawasan Puri, Jakarta Barat.
Dengan begitu, saat metabolisme tubuh harus melakukan pencernaan pada waktu pukul 12.00 sampai saat berbuka, berarti tidak ada makanan yang bisa dicerna. “Ya itulah makanya peran puasa mengistirahatkan pencernaan. Jika kita sahur dan buka puasa dengan porsi berat dan beragam, bukankah itu berarti hanya memindah waktu makan saja? Lalu kapan pencernaan kita benar-benar beristirahat?” tanya Wied mantap.
“Manfaat detoksifikasi berpuasa ala food combining juga sangat luar biasa. Teman saya menceritakan mengenai hal itu. Ibaratnya kalau dalam bulan Ramadhan ada malam seribu bulan, maka detoksifikasi dari puasa ala food combining itu dirasakannya sangat luar biasa dalam tubuhnya. Berpuasa ala food combining bisa membuat proses detoksifiaski hingga inti sel,” papar Wied.
“Jika saat sahur, merasakan belum sanggup untuk tidak bertemu nasi, ya silakan untuk mengonsumsi nasi, tapi dengan lauk dari nabati, tempe, tahu, bakwan, perkedel, dsb. Diet food combining tidak terlalu memaksakan bila memang belum sanggup. Tapi ingat, dengan demikian Anda tidak akan masuk pelaku food combining yang 5 besar, atau 10 besar dari segi kualitasnya…. ” pesan Wied sambil tertawa.
Saat tiba waktu berbuka, pelaku food combining disarankan mengonsumsi makanan yang mudah dicerna agar bisa segera mengembalikan kebugaran tubuh. Kurma sangat dianjurkan karena ternyata itu selain gula juga mengandung serat dan beta glukan. Dua zat gizi itu yang membuat rasa manis kurma tidak meningkatkan kadar gula darah dengan cepat seketika. Alternatif lainnya adalah buah-buahan yang dibuat jus dengan suhu ruang (jangan suhu dingin).
Lalu “makan besarnya” kapan? Dalam food combining, dianjurkan porsi makan besar dengan porsi protein hewani dan ala vegetarian diselang-seling setiap hari. Jika hari pertama sudah makan dengan protein hewani, maka hari berikutnya makan besarnya ala vegetarian. Begitu seterusnya. Waktunya, setelah sholat maghrib atau menjelang sholat tarawih. Sajian khusus puasa kolak dan kolang-kaling, jangan yang bersantan kental dan terlalu manis. Bisa dikonsumsi setelah sholat tarawih.
Nah, semuanya itu kembali kepada Anda. Apakah niat kita berpuasa? Mengistirahatkan organ tubuh (detoksifikasi) atau sekadar memindahkan jam makan saja?
0 komentar:
Posting Komentar